Label

Selasa, 23 April 2013

Kerajaan Sayuran

Di sebuah kerajaan sayuran, hiduplah dua orang saudara. Mereka adalah Worta dan Worti. Mereka saling menyayangi, meski mereka sering bertengkar. Ayah dan Ibu mereka adalah seorang Raja dan Ratu. Raja Wortel dan Ratu Wortelina sangat menyayangi kedua anaknya itu.

Kerajaan ini sangat bergantung pada cahaya. Kalau tidak ada cahaya dalam jangka pendek, mereka akan tertidur. Namun, kalau tidak ada cahaya dalam jangka panjang, mereka akan mati dan akan hidup kembali jika disinari oleh cahaya kehidupan.

Sampai suatu hari, saat Worta dan Worti sedang bermain kejar-kejaran mereka menemukan sebuah gubuk tua kecil. Karena penasaran merekapun membuka kunci gubuk itu dan terbukalah pintu dari gubuk tersebut, di dalam sangat gelap merekapun langsung berjalan menjauh dengan cepat. Tiba-tiba mereka menubruk sesuatu, saat menengok ke belakang.... ternyata itu seorang penjaga mereka.

"Sedang apa kalian di sini? Apa orang tua kalian sudah mengizinkan kalian kemari? Tidak ada yang menjaga kalian, terlalu berbahaya!" Kata sang pengawal bengkoang cukup keras sambil
menutup pintu gubuk itu dengan keras.

"Ka.. ka..mi.. sedang bermain, lalu menemukan gubuk itu karena penasaran kamipun membukanya..Maafkan kami.." Kata Worta dengan nada menyesal.

"Kalian tidak tau apa yang ada di dalam gubuk tersebut. Kali ini saya maklumi, tapi lain kali jangan diulangi lagi, ya!" Kata sang pengawal bengkoang sambil bergegas pergi. Worta dan Wortipun hanya terdiam menatapi sang pengawal bengkoang sampai tak terlihat. Worta dan Wortipun berhadapan dan langsung tersenyum jahil.

Terdengar suara sebuah pintu yang terbuka. Ya, Worta dan Worti kembali membuka pintu gubuk tua tersebut. Mereka berdua memiliki rasa penasaran yang besar. Meski sudah terbuka, mereka hanya dapat berdiri di luar karena di dalam gubuk tua tersebut sangat gelap sampai akhirnya Worti menemukan lampu senter yang tergeletak di pinggir gubuk tersebut. Worta dan Wortipun masing-masing memegang satu lampu senter.

Worta dan Worti akhirnya masuk ke dalam gubuk tua tersebut dan tiba-tiba ada yang berbicara pada mereka.

"Kikikik.. Kemarilah kalian.. Sudah lama tak ada yang masuk ke sini.. Sudah lama aku tak mendapat teman.." Kata seseorang di antara kegelapan dengan suara seperti seorang nenek tua. Dan saat lampu senter itu disorotkan ke arah suara itu berasal terlihatlah seorang nenek tua berpakaian lusuh sedang memegang sebuah boneka beruang bewarna coklat.

"Ka.. ka..mu si..si.. apa?" Tanya Worti terbata-bata. Wajah nenek tua tersebut sangat seram membuat Worta dan Worti ketakutan.

Mata nenek tua itu seperti menyelidiki mereka, "Kikikik.. rupanya kalian.. Apa kalian tidak mengenalku? kikikik.." Kata nenek tua tersebut sambil terkikih-kikih.

"Ti..tidak..Ka..kamu mengenal kami?" Tanya Worta. Nenek tua itupun terlihat seperti semakin mendekati mereka. Wortapun langsung menyorotkan lampu senter ke muka nenek tua tersebut dan terlihat jelaslah wajah sang nenek tua. Wortipun langsung menjerit pelan dan menutup kedua matanya.

"Ah, tolong jangan sorotkan cahaya itu ke mataku.. Aku tidak suka cahaya. Tentu saja aku mengenal kalian.. Kamu Worta dan kamu Worti, benarkan? Kikikik" Kata sang nenek tua.

"Mengapa kamu tidak menyukai cahaya? Bukankah cahaya itu sangat diperlukan untuk kehidupan? Bagaimana kamu mengenal kami?" Tanya Worta.

"Kikikikik rupanya kalian benar-benar belum mengenalku kikikikik" Tawa sang nenek tua semakin keras. Worta dan Wortipun langsung berlari keluar dan langsung menutup pintu gubuk tua itu dengan keras. Tawa sang nenek tuapun berangsur-angsur berhenti.

"Huh, huh, menyeramkan sekali nenek tua itu, aku tak berharap untuk bertemu dengannya lagi" Kata Worti. Worta hanya melirik sedikit ke arah Worti.

Kerajaanpun mengadakan makan malam bersama. Worta tampak gagah malam itu, sedangkan Worti tampak anggun malam itu. Raja Wortel dan Ratu Wortelina terlihat sangat bahagia saat malam itu. Makanan di atas meja juga terlihat sangat lezat. Makanan-makanan itu dibuat oleh koki-koki terbaik di Desa Sayuran.

Makan malampun dimulai. "Yah, tadi aku sama Worti main di taman belakang.. Lalu kami menemukan gubuk tua, saat kami buka kami bertemu dengan seorang nenek tua berwajah seram.. Dan nenek tua itu ternyata mengenal kami, apakah ayah mengenal nenek tua tersebut?" Tanya Worta yang tampak sangat ingin tau.

"Apa?! Kalian membuka gubuk tua itu?? Apa kalian tidak apa-apa?? Mengapa kalian membukanya tanpa seizin ayah??" Tanya sang ayah yang sontak kaget karena perkataan putranya. Karena Raja Wortel berkata dengan suara yang cukup keras, seketika ruangan menjadi hening saat itu juga.

"Mmm.. Kami tidak apa-apa.. Maafkan kami ayah.. Kami ingin tau apa yang ada di dalam sana.. Jadi kami membukanya.." Jawab Worta sangat menyesal. Terlihat di sampang Worta ada Worti yang ketakutan.

"Kalian itu ma...Aa-a-apa ini??" Tiba-tiba lampu kerajaan mati. Semua yang ada di dalam kerajaanpun panik dan mulai mengantuk. Tiba-tiba terdengar suara seorang nenek tua sedang tertawa dengan keras.

"Kikikikik hari ini akan ku balas dendam ku padamu wahai Wortelina! kikikik" Kata sang nenek tua sambil tertawa puas. "Kegelapan akan menguasai desa, kerajaan, bahkan planet ini! kikikik.. Kalian akan mati sebentar lagi! Tak akan ada lagi cahaya bagi kalian! kikikik" sambung nenek tua itu.

Ternyata dengan terkantuk-kantuk, Worti menyalakan lampu senter dan langsung menyorotkan ke matanya. Wortipun bebas dari kantuknya, dengan sigap Worti langsung menyorotkan lampu senter ke arah mata Worta. Karena sorot lampu senter itu terlihat oleh nenek tua, nenek tua itu langsung menengok ke arah Worta dan Worti. Worta dan Wortipun langsung menunduk dan menutupi lampu senter agar tak terlalu terang. Nenek tuapun pergi, Mereka langsung berlari  Mereka berlari menuju ruang bawah tanah. Di sana ada seorang ahli ilmu hitam yang juga seorang penyihir kepercayaan kerajaan.

Sampailah mereka di sana. Worta mengetuk pintu ruang bawah tanah dan tidak ada jawaban. Keempat kalinya Worta mengetuk pintu, terbukalah pintu ruang bawah tanah tersebut.

"Ya? Ada apa perlu apa kalian ke sini?" Tanya seorang lelaki berpakaian hitam-hitam dengan suara yang tegas.

"Di atas sedang terjadi kekacauan! Datang seorang nenek tua dan dia memetikan seluruh cahaya di kerjaan! Semua yang ada di dalam kerajaan, tertidur!" Jawab Worta cepat.

"Rupanya dia lagi! Bagaimana kalian bisa tidak tertidur?" Tanya lelaki tersebut. Worti langsung menunjukkan lampu senternya. "Ooh, baiklah, Ayo kita ke atas!" Ajak lelaki tersebut. Saat mereka sampai di atas, terlihat banyak sayuran yang tergeletak. Lelaki tersebut langsung memegang tangan mereka satu persatu, "Mereka sudah terlalu lama tidak mendapatkan cahaya, Kita perlu sesuatu itu.." Kata Lelaki tersebut.

"Ayaah Ibuu.. Kita perlu apa? Cepat katakan akan aku cari demi Ayah dan Ibuku.." Kata Worti seperti ingin menangis.

"Ya! Akan kami cari demi Ayah dan Ibu kami!" Kata Worta semangat.

"Sesuatu ini sangat susah untuk di dapatkan. Ini hanya dimiliki oleh Peri Timun.. Itu adalah cahaya kehidupan.." Kata lelaki tersebut sedikit ragu kalau Worta dan Worti dapat menemukannya.

"Akan kami dapatkan! Bagaimana untuk menemui Peri Timun?" Tanya Worta.

"Peta itu ada di bawah. Ayo, kita ke bawah!" Ajak lelaki itu. Merekapun langsung bergegas pergi ke bawah. Sesampai di bawah, lelaki tersebut langsung mencari peta yang dimaksud.

"Ini dia!" Seru lelaki itu. "Yap.. Pertama harus ke Lembah Hijau, di sana terdapat banyak pohon. Tapi, pohon-pohon itu sangat jahat, pohon-pohon itu adalah pesuruh sang nenek tua. Kedua kalian akan melewati Danau Kodok, kodok-kodok yang ada di sana sangat besar dan banyak, kalian harus berhati-hati. Dan yang terakhir adalah Taman Bunga Piyo-Piyo.. Di sanalah Peri Timun tinggal, di antara sekian banyak bunga Peri Timun tinggal di salah satu bunga yang berbeda dari yang lain.. Di sana kalian harus berhati-hati dengan serbuk-serbuk bunga yang berterbangan" Jelas lelaki itu panjang lebar.

"Hmm.. hmm.. Baiklah! Malam ini juga kami berangkat!" Kata Worta sambil menyambar selembar peta dari tangan lelaki itu.

Worta dan Wortipun bersiap untuk pergi menemukan Peri Timun dan mendapatkan cahaya kehidupan. Worta dan Worti dibekali sekantong serbuk ajaib dan sebuah batu berlumut oleh sang lelaki. Setelah semua siap, Worta dan Worti langusng bergegas pergi mengikuti peta.

Sampailah mereka di Lembah Hijau. Sejauh mereka berjalan di Lembah Hijau tampaknya tak ada apa-apa. Mereka terus berjalan, sampai tiba-tiba sebuah pohon berbicara "Hoi! Mau apa kalian ke sini? Anak-anak kecil sudah berani datang kesini" Pohon itu berbicara dengan suara yang berat.

"Ka-ka-kami mau pergi ke Taman Bunga Piyo-Piyo.. Izinkan kami lewat wahai pohon.." Kata Worti.

"Enak saja! Semudah itu kalian melewati kami?" Dan seketika pohon-pohon muncul dari tanah. Semua pohon itu langsung tertawa. Worta dan Worti ketakutan, saat mereka mencoba lari dari para pohon jahat tersebut pohon-pohon itu langsung menghadang mereka.

"Mau kemana? Mencoba kabur dari kami? Coba saja! Hahaha" Kata salah satu dari pohon-pohon itu diiringi tawaan jahat mereka. Pohon-pohonpun langsung mencoba mendekati Worta dan Worti. Worta dan Worti telah dikelilingi oleh para pohon jahat. Pohon-pohon itu semakin mendekat dan terus mendekat. Tangan Worti yang memegang kantong serbuk ajaib itu dengan reflek melemparkannya ke arah pohon-pohon jahat itu. Tanpa di sangka-sangka, serbuk ajaib itu berubah menjadi sebuah kubangan lumpur yang menyodot pohon-pohon itu masuk ke dalam. Terdengarlah suara teriakkan para pohon-pohon itu.

Worta dan Worti bertatapan dan tersenyum, "Yey!" seru mereka sambil tersenyum bangga. Merekapun melanjutkan perjalanan.

Mereka akhirnya sampai di Danau Kodok. Danau itu terlihat seperti danau biasa, tak ada yang berbeda. Namun tiba-tiba kodok besar melompat keluar dari danau tersebut, Worta dan Wortipun terjatuh.

"Hohoho, mau apa kalian ke sini?" Tanya sang kodok terdengar seram.

"Ka-ka-kami ingin pergi ke Taman Bunga Piyo-Piyo.." Jawab Worta.

"Untuk apa kalian ke sana?" Tanya kodok itu.

"Ingin menemui Peri Timun" Kata Worta.

"Oooh, kalau begitu silahkan.." Kata kodok itu mempersilahkan Worta dan Worti lewat. Agak aneh memang, kodok itu melepaskan Worta dan Worti begitu saja. Namun karena sudah diperbolehkan, Worta dan Worti langsung beranjak pergi.

Sesampainya mereka di Taman Bunga Piyo-Piyo. Worta dan Worti langsung bermuka masam. Terlihatlah bunga-bunga mati dan bau busuk menyengat dapat tercium. Worti seketika menangis.

"Bagaimana kita dapat menyelamatkan kedua orang tua kita dan para penduduk kalau seperti ini?" Tanya Worti menendakan dia akan menyerah.

"Tidak! Kita sudah sampai sini! Kita pasti bisa Worti!" Kata Worta menyemangati Worti. Worti hanya melirik ke arah Worta.

"Sudah tak ada harapan!" Kata Worti benar-benar putus asa. Tiba-tiba ada terlihat seperti terong sedang menuju ke arah Worta dan Worti menggunakan kudanya. Sesampainya di tempat Worta dan Worti berdiri, terong itu langsung menarik Worta dan Worti naik ke atas kudanya.

"Sedang apa kalian di sini? terlalu berbahaya" Kata terong itu. Merekapun pergi menuju rumah dari terong itu. Sesampainya di sana, terong itu langsung mendorong Worta dan Worti masuk. "Darimana kalian datang? Untuk apa kalian kemari? Aku tujuan kalian?" Tanya terong itu.

"Aku Worta dan ini Worti, kami datang dari desa sayuran. Kami anak dari Raja Wortel dan Ratu Wortelina. Kami sedang mencari cahaya kehidupan yang katanya hanya dimiliki oleh Peri Timun" Jelas Worta.

"Apa perlu kalian mencari cahaya kehidupan itu?" Tanya terong itu menyelidiki.

"Saat kerajaan kami sedang mengadakan makan malam, seorang nenek tua jahat mematikan seluruh cahaya yang ada di kerajaan. Orang tua dan para penduduk yang ada di dalam kerajaan itupun langsung tertidur, hanya kami yang dapat bebas dari semua itu" Jelas Worta lagi. Worti hanya terdiam sambil menatapi seluruh isi rumah.

"Sudah kuduga, Ya, cahaya kehidupan itu memang hanya dimiliki oleh Peri Timun. Rumah Peri Timun dihancurkan oleh  pasukan dari penyihir tua yang kejam kemarin malam. Oh ya, perkenalkan namaku Terky" Kata Terky.

"Lalu bagaimana cara kami untuk menemukan Peri Timun? Kami sangat memerlukan cahaya kehidupan itu.." Tanya Worti langsung menyambar pembicaraan.

"Aku tau dimana Peri Timun itu berada.." Kata Terky.

"Dimana? Beri tau kami, kumohon" Kata Worta memohon.

"Peri Timun ada di.." Tiba-tiba tangan Terky bercahaya. Worta dan Wortipun langsung terpaku pada tangan Terky. Dan sesosok timun kecil yang bersayap akhirnya terlihat. Ya! Itulah Peri Timun. Mengetahui mereka telah menemukan Peri Timun, Mereka langsung bersorak gembira.

"Waah, itu Peri Timun! itu Peri Timun! Akhirnya.." Seru Worta dan Worti.

Terdengar suara kecil dari Peri Timun tersebut. "Uh, Ada perlu apa kalian? Sampai-sampai membangunkanku.." Kata Peri Timun terdengar lucu. Peri Timun memang memiliki hobi yaitu tidur. 

"Umm, mmm, kami memerlukan cahaya kehidupan.. Kerajaan Sayuran sangat memerlukannya.." Jawab Worta. 

"Apa? cahaya kehidupan? apa yang terjadi? sehingga kalian memerlukan cahaya kehidupan tersebut?" Tanya Peri Timun.

"Seorang nenek tua jahat mematikan seluruh cahaya yang ada di kerajaan saat kerajaan sedang mengadakan makan malam. Semua yang ada di dalam kerajaanpun tertidur, namun karena terlalu lama kehilangan cahaya, dikatakan oleh penyihir kepercayaan kerajaan bahwa kami memerlukan cahaya kehidupan untuk membangunkan mereka kembali.." Jelas Worta.

"Umm nenek itu lagi.. Nenek itu memang sangat jahat! Rumahku dihancurkan olehnya, benar-benar kejam! Baiklah, kalau begitu akan ku berikan cahaya itu.." Kata Peri Timun. "Ini adalah cahaya kehidupan yang terakhir. Tidak akan ada lagi cahaya kehidupan dariku" Jelas Peri Timun. Peri Timun terbang ke langit menggunakan sayap kecilnya. Tiba-tiba tubuh Peri Timun bercahaya semakin terang dan sangat terang. 

"Apa yang terjadi?" Tanya Worti. Worta hanya menggemgam tangan Worti erat. Saat itu juga Peri Timun berubah menjadi sebuah bintang dan jatuh di tangan Worti. Worta, Worti, dan Terky hanya terdiam.

Terdapat pesan di bintang tersebut. "Hanya yang sepenuh hati, yang dapat membuka kehidupan" Isi pesan tersebut. Worta, Worti, dan Terky hanya berhadapan satu sama lain. 

"Apapun maksud pesan itu, lebih kita secepatnya pergi ke kerajaan kalian" Kata Terky. Tiba-tiba kuda yang dimiliki Terky berubah menjadi sebuah kereta kuda bermandikan cahaya. Worta dan Wortipun berdecak kagum. "Cepat naik!" Seru Terky. 

Sesampainya di kerajaan, Worta dan Worti langsung berlari untuk menemui penyihir kepercayaan kerajaan. Sedangkan Terky hanya diam di atas kereta kudanya. 

"Ayo, Terky! Cepat!" Seru Worti. 

"Tidak, aku harus pergi.. Maaf hanya bisa membantu sampai di sini.." Jawab Terky. 

"Kenapa? Terky!!" Kata Worti agak keras. Terky dan kereta kudanyapun pergi menghilang. Terlihatlah wajah Worti yang tampak kehilangan. Worta juga menunjukkan wajah kehilangan itu. 

"Dimana? Dimana dia? Dimana? Kita harus cepat!" Seru Worta yang sedari tadi mencari penyihir kepercayaan kerajaan bersama Worti. Worta dan Worti telah mencari ke setiap tempat di kerajaan. Tapi tak ada satupun tanda-tanda dari sang penyihir. 

"Sebaiknya kita melakukan ini sendiri saja.. Sudah terlalu lama mereka kehilangan cahaya.." Kata Worti. Wortapun menengok ke arah Worti dengan tatapan putus asa dan mengangguk. 

"Jadi, bagaimana caranya? di pesan ini tidak dikatakan bagaimana cara menggunakan bintang ini.." Kata Worta sambil mencari-cari petunjuk. "Tidak ada sama sekali petunjuk.." Sambung Worta. 

"Berikan bintang itu padaku.." Kata Worti. Wortapun menurutinya. Worti langsung memegang bintang itu dan memejamkan matanya. "Dengan sepenuh hati. Demi Orang tuaku, para penduduk desa sayuran, dan demi kehidupan yang bahagia.. Aku mohon.. Kembalikan kehidupan itu.." Dan tiba-tiba bintang itu mengeluarkan cahaya yang luar biasa indah. Dilepasnya bintang itu dari tangan Worti dan terbanglah bintang itu. Hujan cahayapun terjadi. Sangat indah malam itu. 

Cahaya-cahaya itu pun menghujani semua penghuni kerajaan. Keajaibanpun datang, satu persatu penghuni kerajaan mulai terbangun. Namun tiba-tiba..

"TIDAAAAK! APA INI?!!" Jerit nenek tua yang kejam itu yang tiba-tiba datang. "AAAAA CAHAYA!! PERGI-PERGI!" Teriak nenek tua itu lagi. Nenek tua itu ternyata juga terkena cahaya kehidupan. Tubuhnya saat terkena cahaya kehidupan lama kelamaan seperti lilin yang dibakar dan mencair. Hilanglah nenek tua itu selama-lamanya. 

Worta, Worti, dan seluruh penduduk kerajaanpun bersorak gembira. Kerajaan mengadakan sebuah pesta besar. Semuapun bahagia pada akhirnya. 

\('-')/ TAMAT \('-')/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar